Time waits for no one.
animea.net |
Makoto Konno merupakan seorang gadis SMA dengan kehidupan yang biasa-biasa saja. Ia tinggal bersama keluarganya, ia hobi bermain baseball dengan dua sahabatanya, Chiaki Mamiya dan Kosuke Tsuda. Suatu hari, Makoto terlambat pergi ke sekolah. Ia mengira bahwa ia hanya akan mengalami satu kesialan. Tapi ternyata kesialannya berjalan terus. Ketika Makoto berada di laboratorium, ia menemukan sebuah alat yang berbentuk seperti kacang. Ia juga merasa ia didorong seseorang. Namun Makoto hanya menganggapnya sebagai kejadian aneh dan bergegas untuk mengantarkan kue kepada bibinya. Makoto mengendarai sepedanya. Saat lampu menandakan kereta akan lewat, Makoto tidak bisa menggunakan rem sepedanya. Ia menabrak portal dan terlempar. Tiba-tiba, ia kembali ke beberapa menit sebelum menabrak portal kereta. Makoto yang bingung langsung berbicara kepada bibinya mengenai apa yang terjadi. Bibi Makoto mengatakan bahwa Makoto mempunyai kemampuan untuk kembali ke waktu.
Makoto pun terus berusaha untuk menemukan cara kembali ke masa lalu. Ternyata untuk kembali ke masa lalu, Makoto harus melakukan sebuah loncatan atau putaran. Makoto menggunakan kekuatannya untuk hal-hal ringan seperti tidak terlambat, karaoke berulang kali, membaca arah bola baseball, dsb. Namun ketika nyawa salah satu teman Makoto terancam, sisa kemampuan Makoto hanya satu.
primeedges.wordpress.com |
I'm not a big fan of Japanese animation and manga. Gue kalau nonton anime gak rajin-rajin amat dan baca manga secara random. Entahlah, mungkin karena gue juga bukan penggemar berat film-film sci-fi dan fantasi gak jelas ataupun komik shojo dengan cerita romance yang membosankan. Apalagi animasi Jepang itu rough at the edge, gak 'sebersih' animasi USA. Tapi akhir-akhir ini gue lagi tertarik sama film animasi Jepang (bukan yang seri). The Girl who Leapt Through Time tidak mempunyai animasi yang seindah Ghibli ataupun yang dibuat Makoto Shinkai, tapi....
I LOVE THE GIRL WHO LEAPT THROUGH TIME.
Alur cerita yang ditawarkan film ini sama sekali gak original atau unik, tapi Mamoru Hosada dan Satoko Okudera dapat mengemas keseluruhan film secara baik. Ada komedi, romance, dan sci-fi, meskipun sci-fi film ini gak akan membuat lo jedot-jedotin kepala ke tembok kayak Inception ato The Matrix. Salah satu pengguna youtube mengatakan bahwa komedi di film ini bukan jenis komedi yang bakalan bikin lo ngakak, tapi gue ngakak nonton film ini. Bahkan gue tetap ngakak waktu kedua kalinya gue nonton film ini.
Gue suka semua tiga tokoh utama film ini karena mereka gak punya sifat yang benar-benar menonjol untuk dimasukkan ke sebuah stereotipe.
theonlineanimestore.blogspot.com |
Mungkin awalnya Makoto terlihat sebagai one-of-those-clumsy-and-cutesy-Korean-drama-heroines, tapi ternyata tidak. Dia memang ceroboh, tapi bukan jenis ceroboh yang membuat lo jijik. Ketika dia sedang ceroboh, dia tidak melebarkan matanya, menggigit bibirnya, dan hal-hal klise seperti itu. Dia juga bukan tokoh yang totally idiot. Makoto masih mempunyai akal sehat yang kuat untuk menangkap dan memahami beberapa hal. Plus, rambutnya pendek dan ia bisa bermain baseball. Ia juga tidak popular ataupun seorang outcast. Cuma satu yang gue gak suka dari Makoto: gue gak suka cara nangisnya dia, secara visual maupun audio. Suaranya cempreng aja kalau lagi nangis. Tapi secara keseluruhan, voice actor yang mengisi suara Makoto bagus kok. Dia cukup ekspresif ketika mengisi suara.
At first, I thought Chiaki Mamiya was another carbon-copy of Usui from Maid-sama. Untungnya gue salah. Chiaki Mamiya bukanlah Gary Sue, which means he's not perfect. Dia memang memiliki penggemar, tapi bukan berarti seluruh perempuan memuja dan mendewakan Chiaki. Yang lebih mirip Gary Sue justru Kosuke. Dia pintar, cukup atletis, tidak pernah telat, bahkan memiliki penggemar seperti Chiaki *walaupun gak seheboh Usui*. But I know he's not Gary Sue from his appearance. Bajunya gak rapi dan kupingnya Kosuke punya semacam anting atau tindikan. Kepintarannya juga bukan jenis pintar yang kayak Einsten. The point is, all of them are normal teenagers.
Di film romance, biasanya kalau ada persahabatan yang melibatkan tiga orang akan ada the other guy/girl dan atau cinta segitiga yang memuakkan. The other guy/girl bisa berarti cewek atau cowok yang cintanya tidak dibalas atau teman yang menjadi tidak relevan. Gue rasa hal ini tidak terjadi di The Girl who Leapt Through Time. Baik Satoko maupun Mamoru melakukan usaha yang bagus dalam membuat seluruh tiga tokoh utama tetap menjadi tokoh utama. Ketika Makoto bingung mengenai perasaanya kepada salah satu temannya, Satoko Okodera memberikan kita momen-momen antara Makoto dengan 'the other guy'. Bahkan 'the other guy' ini malah mengantarkan penonton pada twist film The Girl who Leapt Through Time. Gue sampai bingung mau ngeship Makoto sama Kosuke atau Chiaki. Tapi sayangnya, hanya Makoto yang mempelajari sesuatu di film ini. Chiaki dan Kosuke tidak bertambah dewasa di film ini. But at least they still have characters.
The Girl Who Leapt Through Time doesn't have fresh, original, or mind-provoking plot, but at least the plot is still good, even we can learn something from this film. If you expect anything like Akira or Spirited Away, I don't recommend this film for you. But if you expect above-average entertainment, then I recommend this film for you. 8,7/10