Sunny (써니)
Type Here to Get Search Results !

Sunny (써니)

Courtesy CJ Entertainment, diambil dari imdb.com
Sunny merupakan film komedi drama dari Korea Selatan tahun 2011 yang disutradarai dan ditulis oleh Kang Hyung Chul. Film ini merupakan film dengan pendapatan tertinggi di Korea pada tahun 2011. Sunny juga menerima banyak penghargaan di Korea dan telah mengalami remake di Vietnam dan Jepang.

Sinopsis

Semuanya berawal ketika Im Nami (Yoo Ho Jung) tidak sengaja bertemu dengan temannya di SMA, Ha Chun Hwa (Jin Hee Kyung). Pertemuannya dengan Nami serta penyakitnya yang parah membuat Chun Hwa sangat ingin bertemu dengan teman-teman mereka yang lain. Gang mereka disebut Sunny. Beruntung, Nami bertemu dengan salah satu anggota yang lain, Kim Jangmi (Go Soo Hee), setelah mendapat kartu namanya lewat guru SMA mereka. Nami dan Jangmi memutuskan untuk melacak teman-teman mereka dengan menyewa detektif privat.

Nami tidak berteman dengan Chun Hwa dan Jang Midari awal. Nami (Shim Eun Kyung) baru saja pindah ke Seoul dari daerah Jeolla-do. Karena aksennya yang kuat dan jelas berbeda, dia menjadi bahan tertawa dan calon bully pemimpin suatu gang, Sangmi (Chun Wo Hee). Chun Hwa (Kang Sora) serta Jangmi (Kim Min Young) dengan cepat mengintimidasi gang lawan mereka. Selanjutnya, mereka mengajak Nami untuk makan siang dan bertemu dengan teman-teman mereka yang lain. Ada Hwang Jinhee (Park Jinjoo), yang suka berkata kasar, Seo Geum Ok (Nam Bora), anak pintar yang suka memukul orang, Ryu Bokhee (Kim Bomi), yang bermimpi menjadi Miss Korea, serta Jung Suji (Min Hyorin), gadis cantik yang dingin dan misterius.

Courtesy CJ Entertainment, Toilet Pictures, Aloha Pictures

Background and Amateur Analysis

Film ini berlatar belakang pada Korea Selatan era 1980an. Kalau berdasarkan lagu yang menjadi soundtrack, maka ini setidaknya tahun 1986. Jika ingin dipersempit lagi, berdasarkan demo besar-besaran yang dilakukan, kemungkinan besar film ini terjadi sekitar June Struggle, sebuah fase gerakan besar-besaran demi demokratisasi Korea. Sebelum terjadi June Struggle, Korea juga mengalami fase gejolak politik yang cukup besar pada tahun 1980 di Gwangju. Munculnya gelombang politik ini salah satu penyebabnya adalah meninggalnya Presiden Park Chung Hee, yang dianggap diktaktor oleh beberapa orang. Salah satu kenalan saya mengatakan kehidupan pribadi di zaman Park hampir tidak ada, dan Korea tidak terekspos dengan budaya pop dunia luar. Bahkan, Park memaksa agar orang Korea untuk menggunakan hangeul saja dan tidak menggunakan huruf mandarin. Meskipun dianggap diktaktor, Park sangat berpengaruh terhadap improvement ekonomi Korea karena ia mendorong industrialisme di Korea. Improvement ini juga yang melahirkan chaebol (boleh dibilang Crazy Rich Korean).

Poin terakhir ini mungkin sempat disinggung Sunny ketika kakak Nami menyebut agar ayahnya untuk berhenti bekerja karena atasannya adalah "diktaktor". Ayah Nami langsung membalas selama ia menggunakan uangnya, ia tidak boleh mengeluh soal darimana uang itu berasal. Menurut saya, adegan itu betul-betul menangkap dilema dari "warisan" Park kepada Korea. Ini juga food for thought bagi kita, apakah kita harus menutup asal uang kita atau tidak.

Meskipun seklias gang Sunny apolitical, mereka tidak bebas sama sekali dari politik. Hal ini terlihat dari Nami yang tiba-tiba menyebut demokrasi ketika berbicara dengan Suji, dan ketika Sunny melabrak gang lawan di tengah konfrontasi antara aktivis dan tentara militer. Adegan tersebut bukan adegan yang berdarah-darah, namun justru salah satu adegan yang lucu. Salah satu hal yang membuat lucu adalah bagaimana adegan tersebut memperlihatkan bahwa gang war dan perang aktivis-militer itu cukup tipis perbedaannya. Sebenarnya juga bisa dibilang cukup sedih, karena artinya mereka sudah cuek dan terbiasa dengan kekerasan, bahkan sudah tahu cara menghadapinya.

Bicara soal kekerasan, Sunny menunjukkan tiga macam kekerasan berdasarkan orang yang terlibat. Pertama, antar golongan/kelompok sosial, kedua peer violence, dan ketiga antargenerasi. Yang pertama tentu saja aktivis-militer, yang kedua perang antar gang. Kekerasan antar generasi boleh dibilang, diperlihatkan mempunyai nuansa yang berbeda di film ini. Jenis pertama dan kedua mempunyai sense of equalness, dimana tidak ada pihak yang takut menyerang, meskipun ada yang kalah dan menang. Namun kekerasan antar generasi digambarkan mempunyai nuansa yang lebih sedih dan kejam. Ketika Sangmi, lawan gang Sunny, dipukul oleh guru mereka, anggota Sunny tidak ada yang cuek, bahkan ikut merasa iba. Begitu juga ketika gang Sunny dihukum dan dipukul oleh guru tersebut, mereka menangis dan tidak melawan, bahkan berusaha menghindari si guru. Adegan ini sangat bertolak belakang ketika mereka dengan berani menyerang gang lawan di tengah-tengah keributan antara aktivis dan tentara.

Kekerasan antar generasi ini berlanjut ketika Nami, Chun Hwa, Jangmi, dan Jinhee di masa depan menyerang gang yang mem-bully anaknya Nami. Gue kecewa karena mereka tidak ditegur secara keras oleh filmmaker, meskipun mereka ditangkap polisi. Mereka memang tumbuh menjadi orang yang in generally emotionally healthy, dan Nami ibu yang tidak menggunakan kekerasan, tapi bukan berarti mereka tidak segan-segan melakukan kekerasan terhadap generasi muda. Ini menunjukkan kekerasan oleh orang tua dan figur otoritas mereka sangat membekas, walaupun dunia sekarang kurang menolerir hal tersebut. 

Perang antar gang yang gue ceritain di atas disebabkan karena Nami dikeroyok oleh gang lawan. Meskipun yang diserang cuma Nami, Chun Hwa bersikeras untuk melawan gang tersebut secara bersama-sama. Ini mencerminkan semangat kolektivisme dalam film ini, dan mungkin masyarakat Korea secara umum. Bahkan ada montage dimana makan siang dilewati bersama gang, hampir tidak ada murid yang beridiri sendiri. Suji seklias memang terlihat individualis, namun perlu diingat ia tetap anggota Sunny, dan akhirnya tetap ikut dengan acara-acara gang tersebut. 

Semangat kolektivisme ini boleh dibilang berlebihan, bahkan mengarah ke hegemonisme, karena hampir semua orang di kelas Nami memakai Nike. Saking risihnya, Nami mengeluh bahwa ia satu-satunya gadis yang tidak memakai sepatu Nike atau tas Nike. Hegemonisme ini juga terlihat dari murid-murid yang mentertawakan Nami karena absennya, dan bagaimana Nami berusaha untuk menghilangkan aksennya agar terlihat seperti gadis Seoul. Nami juga tidak terlihat mempunyai teman dari kelompok lain. Ini memunculkan semacam sense  of we vs the rest of people atau Nami adalah gang, dan gang itu adalah Nami. Lagi-lagi ini tercermin oleh konflik aktivis, dimana seakan-akan yang konflik itu hanya aktivis dan tentara. 

Salah satu orang yang digambarkan "netral" atau tidak berpihak mungkin adalah anggota keluarga Nami, yaitu orangtuanya dan neneknya. Mengingat orang tua Nami tidak setuju dengan posisi kakak Nami sebagai aktivis, ditambahkan tekanan dari pihak kepolisian, kenetralan mereka perlu dipertanyakan. Kenetralan mereka pun sebenarnya terlihat self-serving bagi gue karena mereka mengacuhkan perbuatan anak-anak mereka tanpa memahami konteks serta penjelasan dari mereka. "Kenetralan" mereka bukan karena mereka memang netral, tapi karena mereka tidak mau tahu.

Courtesy CJ Entertainment, Toilet Pictures, Aloha Pictures via modernkoreancinema.com
Kang Hyeong Chul menulis Sunny dengan flow yang lancar dan natural. Mungkin pembukanya terlalu lama dan akan lebih baik jika bergerak cepat ke masa lalu Nami. Kang juga menggunakan teknik maju-mundur dengan begitu baik. Teknik maju mundur yang rapi ini membawa hasil juxtaposition atau perbandingan yang begitu emosional bagi gue. Agak mengingatkan gue dengan hasilnya Blue Valentine meskipun gak sesedih itu, haha.

Mungkin yang gue suka adalah sub-plot Nami dengan cinta pertamanya dia. Bagi gue sub-plot itu walaupun gak jelek, kurang membawa bobot kepada kepribadian Nami maupun persahabatannya. Padahal sudah jelas persahabatan merupakan inti tema Sunny. Durasi sub-plot bisa digunakan untuk menggali lebih dalam hubungan Nami dengan anggota lainnya atau memberikan tambahan "tes" kepada gang Sunny.

Gue gak ada banyak masalah dengan sinematografi serta aktor-aktornya. Mereka secara umum bagus aktingnya dan dapet banget chemistry sebagai grup. Extra kudos buat Shim Eun Kyung (Nami) dan Kang Sora (Chun Hwa). Kang Sora berhasil meyakinkan gue kalau dia memang gang leader dengan karismanya dia selama di film. Yang bikin ngakak juga neneknya Nami sih, lol.

Konklusi

Cerita Sunny memang bukan cerita yang dalam, kompleks, ataupun out of the box. Ia cerita simpel bagaimana seorang gadis hidup di tengah hiruk pikuk politik dan politik di sekolahnya. Namun ia membuktikan bahwa bukan selalu ide yang membuat film itu bagus, tapi cara mempresentasikannya kepada penonton. 9,3/10 (Amazing). 

P.S: Coba tonton Reply 1988 (drama Korea) kalau lo suka film ini.




Top Post Ad

Below Post Ad