Cinema Paradiso #6: Gue, Feminisme, Film, dan Lainnya
Type Here to Get Search Results !

Cinema Paradiso #6: Gue, Feminisme, Film, dan Lainnya


You know, sejak kecil gue percaya bahwa posisi wanita setara dengan pria.  Hal ini menyebabkan gue jijik dengan berbagai romcom yang ceweknya terlalu bergantung dengan si cowok.  Gue mengidolakan wanita seperti Kartini, Elizabeth I, Joan Jett, sampe tokoh fiktif seperti Beatrix Kiddo, dan Catwoman.  Because I want to be like them.  I want to be intelligent, confident, and not being too dependent on man or love life.  Blablabla, akhirnya gue mengidentifikasikan diri gue sebagai seorang feminis.  Wait a minute, sebenarnya apa sih feminisme dan feminis?

Menurut wikipedia, feminisme adalah gerakan perempuan yang menuntut emansipasi atau kesamaan dan keadilan hak dengan pria, sedangkan feminis adalah orang yang melakukannya.   Harus gue akuin, walaupun gue mengaku bahwa diri gue seorang feminis, gue tidak belum melakukan hal besar seperti Elizabeth I atau Kartini.  Dulu gue kira untuk menjadi seorang feminis sejati dan wanita yang ideal, wanita harus pintar banget, gak tergantung cowok sama sekali, gak berdandan cute/girly/menjijikan, dan kuat dalam segi fisik dan mental.  It's extreme, right?  Fyi, I've realized this fact since...6 months ago, I guess?  Gue sendiri bahkan tidak memenuhi persyaratan yang gue buat sendiri.  Kenapa menurut gue seorang feminis sejati memenuhi syarat-syarat yang gue tulis?  Karena pandangan gue dan beberapa wanita lainnya dibentuk oleh film-film atau tokoh wanita lain yang memenuhi syarat-syarat tersebut.  Tapi sekarang gue sadar bahwa ada yang salah mengenai kekaguman mereka dan pandangan gue tentang feminis.  There are some things I realized about being a true feminist.


1. It's okay for women (and me) for not having IQ as high as Einstein.

We all know that Hermione is a fucking know-it-all, right?  Itu kenapa gue menganggap dia sebagai panutan untuk other teenage girls, not bella fucking swan.  Tapi setelah gue pikir-pikir, emangnya cewek bego gak boleh jadi seorang feminis?  Toh pada intinya feminis adalah seseorang yang memperjuangkan emansipasi wanita.  Tidak ditulis harus pintar atau bego.  Hanya karena seorang cewek bego, bukan berarti dia dibawah pria atau seluruh kaum wanita itu dibawah kaum pria.  Setiap cewek punya sesuatu yang bisa menyaingi kaum cowok, gak harus di otak doang.  


2. Some of us are kere which means we don't have money to buy edgy or badass stuffs.

Gue ngefans banget sama 2NE1 karena menurut gue mereka beda dari GB Korea lainnya.  Ketika banyak cewek Korea yang berusaha tampil cute atau *batuk* slutty mengeksploitasi bagian tubuhnya, 2NE1 is just being 2NE1!  2NE1 is edgy, confident, and bad-ass!  But, we shouldn't judge a book by the cover.  Sejak gue masuk SMA, gue benar-benar menyerapi pepatah itu.  Walaupun gue masih rada jijik kalau lihat cewek yang gayanya terlalu cute atau fenimim, gue sadar bahwa itu hak mereka dan hanya karena mereka bergaya seperti itu, bukan berarti mereka selemah yang kita kira.  Being a feminist is about on the inside, not outside.    

3. I'm not a freaking ninja and so are you...I think

Hanya karena ada tulisan ninja diatas dan gue pake foto Catwoman bukan berarti otak gue konslet-_- okay, maybe a bit...

As expected, gue ngefans sama Catwoman dan Beatrix Kiddo karena mereka bisa kick some asses!   But you see, not all of us punya bakat menjadi ninja atau bahkan melakukan jungkir balik.  Heck, I can't even do a freaking back roll.  Intinya, gak semua cewek jago dalam urusan bela diri.  And that doesn't make women's position to be under men!  Toh gak semua cowok jago dalam urusan bela diri, ya kan?  Cewek masih bisa belajar keteramilan lainnya untuk equal dengan pria, atau minimal mandiri.

4. Most girls want a piece of Ryan Gosling (?)

Gue kecewa karena di romcom dan drama Korea, cewek sering diperankan sebagai karakter yang tergantung sama cowok dan love life-nya.  Malah gue dulu berpikir kalau cewek gak nikah berarti dia hebat banget karena dia mandiri.  Well, I'm a bit hypocrite if I say that because...I'm a bit hopeless romantic girl.  A bit.  Gue ngefans sama film The Notebook, Titanic, When Harry met Sally, dan film romance lainnya.  Gue juga ngefans sama Leo DiCaprio, Ryan Gosling, Song Joongki, Big Bang, TVXQ, dan cowok ganteng lainnya.  Pada intinya, most people have a little romance fantasy in their heads dan ketertarikan pada seseorang, entah itu artis atau orang yang dikenal.  

I now realize it's okay to be a bit concern about your love-life, your crush, fangirling/fanboying a romantic film/k-drama, or having romantic fantasy on your head 24/7, karena hal-hal itu manusiawi banget.  Asalkan lo tahu batasannya.  Kalau semua cewek harus cuek sama cowok dan gak tertarik untuk mempunyai love life, yakali kita semua jadi mahluk aseksual atau lesbian-___-  Daripada jadi aseksual, gue sih mendingan pacaran sama Ryan Gosling, haha.  The point is, just because you dating, marrying or having fantasy about someone you love, doesn't mean that you 'give in' feminism. 


Blablabla, akhirnya gue sadar kalau fantasi gue akan feminis sejati dan wanita ideal itu terlalu ekstrim dan mengada-ada.  Surprisingly, film yang menyadarkan gue akan hal itu adalah film...Before Midnight.  Mungkin ada beberapa dari kalian yang bingung apa hubungannya film romance kayak Before Midnight sama feminisme, so gue akan cerita sedikit.

Suatu hari, seekor gorila pergi menyendiri dan sibuk berpikir mengenai banyak hal.  Tiba-tiba ia berpikir mengenai film indie.  Pikirannya mengenai film indie pun berarah kepada film Before Midnight.  Lalu ia berpikir mengenai tokoh wanitanya, Celine.  Ia memikirkan tokoh Celine yang pengetahuannya luas, meskipun ia menikah ia tetap mandiri, dan punya dedikasi terhadap pekerjaan & keluarganya.  Si gorila itu akhirnya mendapat logos dari leluhur gorila.  Ia akhirnya mendapat empat logos yang telah dituliskan diatas.  Bahkan contoh wanita ideal selama ini ada di hadapan gue sendiri: mak gue sendiri.  Setelah gue pikir-pikir, mak gue mirip Celine dari trilogi Before kok.  Walaupun dia gak pirang, bukan orang Perancis, dan gak bisa bahasa Yunani.

Well, cerita tadi menutup artikel membosankan yang gue tulis.  Selamat Hari Kartini buat kita semua!

Top Post Ad

Below Post Ad